Bagi orang tua yang memiliki latar belakang pesantren tentu akan sangat mudah mencari referensi pesantren mana yang akan mereka pilih untuk anak-anaknya. Mungkin prosentase terbesar orang tua akan memilih pesantren yang dulu juga menjadi tempat nyantri mereka. Namun ada pula yang memilih berdasarkan minat dari anak ataupun orang tua tersebut. Kemudian tinggal menunjuk salah pesantren yang sudah mereka tahu.
Namun, bagi sebagian orang memilih pesantren yang cocok adalah suatu hal yang sangat susah. Terlebih mereka yang tidak pernah memiliki pengalaman nyantri dan tidak ada keluarganya yang memiliki latar belakang pesantren.
Tidak dapat dimungkiri bahwa saat ini pesantren menjadi salah satu lembaga yang paling diminati oleh orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Selain karena pesantren sudah banyak yang menyediakan jenjang sekolah formal. Pendidikan pesantren saat ini sudah tidak bisa dibilang kalah dari lembaga pendidikan lain. Bahkan sudah mampu mengimbangi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pesantren juga menawarkan pendidikan akhlak yang sangat kuat. Bahkan pendidikan akhlak tersebut dibiasakan dan dipraktekkan dalam aplikasi keseharian. Tentu hal ini dapat menjadi solusi bagi orang tua yang takut terhadap pergaulan anak-anaknya ketika di luar. Terlebih bagi orang tua yang tidak bisa memberikan pengawasan penuh bagi anak karena bekerja ataupun yang lainnya.
Meskipun demikian memasukkan anak ke pesantren tentu tidak bisa dilakukan atas dasar paksaan. Karena bisa mengakibatkan anak tidak betah ketika nanti di pondok. Bisa jadi juga anak menjadi tidak bisa seperti apa yang diekspektasikan orang tua. Berikut adalah tips memilih pondok pesantren yang bisa dijadikan acuan bagi orang tua:
1. Mendiskusikan dengan anak
Sebelum memilih pondok pesantren sangat perlu mendiskusikan rencana tersebut terhadap anak-anak. Karena anaklah yang akan menjalani, dan tentunya anak juga punya kecenderungan minat tertentu untuk pendidikannya. Saat ini sudah beragam tawaran yang disediakan pondok pesantren. Dan ini bisa digunakan untuk memetakan minat anak.
Pertama, terdapat pesantren tradisional yang hanya mengajarkan kitab kuning, sehingga tidak menyelenggarakan sekolah formal. Meskipun ada porsinya tidak menjadi suatu hal yang pokok. Biasa dibilang pesantren salaf. Kedua, terdapat pesantren yang meskipun tradisional dan mengajarkan kitab kuning dengan penuh tekanan. Namun juga pendidikan formalnya memiliki kualitas baik. Tidak tertinggal secara ilmu pengetahuan dan teknologi. Bisa dibilang salaf 100% modern 100%.
Ketiga, ada pesantren yang khusus menekankan Al-Qur’an. Baik dalam tahsin (memperbagus bacaan) maupun tahfidz (menghafal), dan tidak menyelenggarakan sekolah formal. Kategorinya sama dengan yang pertama, namun lebih fokus ke pembelajaran Al-Qur’an. Keempat, sama dengan kategori kedua namun lebih fokus pada pembelajaran Al-Qur’an.
Kemudian, yang kelima, pesantren modern. Pesantren yang porsi pembelajaran kitab kuning dan Al-Qur’an-nya tidak begitu ditekankan. Hanya pada hal-hal mendasar seperti tauhid dan akhlak saja. Namun sangat menekankan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bahasa.
Mungkin dari kategori itu bisa ditanyakan terlebih dahulu kepada anak, kira-kira apa yang menjadi minat anak tersebut. Apakah hanya ingin mondok atau mungkin pengen tetap mondok tapi juga bisa mengejar prestasi yang tinggi.
2. Konsultasikan hasil diskusi dengan anak kepada tokoh agama setempat
Setelah anak setuju masuk ke pesantren dan menyampaikan minatnya bisa langsung dikonsultasikan ke tokoh agama setempat. Kira-kira pesantren apa saja dan di mana yang dapat memfasilitasi minat tersebut. Selain ke tokoh agama setempat, hal ini juga bisa ditanyakan kepada orang yang pernah memiliki pengalaman berada di pesantren.
Setidaknya mereka akan memiliki referensi banyak terkait dengan pesantren-pesantren yang lain. Misal anak mau masuk pesantren yang tidak membedakan antara pendidikan formal dan pendidikan tradisional ala pesantren. Maka setidaknya tokoh agama atau alumni pesantren akan memiliki satu atau dua referensi pesantren yang demikian.
3. Bandingkan melalui website atau keterangan masyarakat setempat
Bandingkan keterangan tokoh agama atau alumni pesantren tersebut dengan informasi pesantren yang bisa diakses lewat website pesantren atau informasi dari masyarakat. Ini penting karena banyak pesantren bagus dan melahirkan alumni yang hebat-hebat tapi belum memiliki media online.
4. Kenali pengasuh pesantren
Mengenali toko atau pengasuh pondok pesantren yang ingin dituju sangatlah penting. Sebab pesantren sekarang banyak tidak memiliki pengasuh. Biasanya pesantren itu didirikan oleh orang kaya yang dermawan. Dengan mengenali kyai atau ustadz pesantren tertentu, kita bisa tahu pesantren itu berhaluan Islam apa?.
5. Pahami haluan ajaran pesantren
Mengetahui haluan dari ajaran yang ada di pesantren juga sangat penting. Pilihlah pesantren yang tidak mengajarkan ajaran yang terlalu fanatis dan lebih moderat dengan paham Ahlussunnah wal Jamaah. Agar anak-anak kelak memiliki akidah yang kuat, akhlak yang luhur, dan wawasan agama yang moderat dan tidak fanatis.
Kesalahan dalam memilih pesantren ini akan berakibat sangat fatal. Bahkan bisa jadi akan membuat orang tua sengsara. Hanya karena berbeda pendapat masalah akidah dan lain sebagainya, anak dari pesantren yang seharusnya memiliki akhlak lebih baik terhadap orang tua bisa jadi malah akan melawan orang tua.
6. Pertimbangkan alumninya
Pertimbangan alumni penting karena biasanya alumni pesantren akan tetap terikat sangat kuat dengan pesantren. Selain itu, alumni pesantren juga tetap akan berkontribusi terhadap pesantrennya dan peduli dengan santri sesama almamaternya. Sehingga mempertimbangkan jaringan alumni yang luas dari berbagai sektor juga sangat penting. Karena bisa membantu dalam memberikan akses untuk masuk pendidikan tinggi, akses kerja, termasuk akses ekonomi, sosial, dan politik.
Dari tips di atas, apakah sudah terbayang pesantren yang cocok untuk melanjutkan pendidikan anak?