Menjawab Tantangan Pesantren di Era Digital

Berbicara terkait pesantren mungkin yang terlintas dalam benak kita adalah pendidikan agama yang masih tradisional dalam pengelolaan dan sistem pengajarannya. Meskipun saat ini sudah terdapat pesantren yang menambahkan brand modern dalam penamaannya (baca: pesantren modern). Namun tidak dapat dimungkiri dengan jumlah 28.194 pesantren per tahun 2020 ini. Tentu masih banyak pesantren yang bahkan sedikitpun belum terjamah secara teknologi. Terutama dalam sistem pengelolaan di internal pesantren tersebut.

Usaha kuat dan dedikasi yang tinggi perlu kita arahkan untuk membantu pesantren dalam menapak modernitas agar mampu menjawab tantangan zaman. Terlebih dengan hadirnya banyak institusi pendidikan yang sudah lebih dulu menapakkan kaki ke arah kemajuan ilmu dan teknologi. Pesantren perlu hadir untuk menjadi institusi yang kembali mampu memperoleh derajat universalitas dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti halnya yang telah diperolehnya pada kurun masa sebelumnya.

Sebuah modernisasi saat ini salah satunya ditandai dengan kecepatan arus informasi dan ini tidak bisa dilepaskan oleh pengaruh besar teknologi. Perkembangan teknologi terbukti ampuh dalam mensukseskan integrasi setiap informasi dari arah manapun. Sehingga menjadi universal dan spasio-temporal (menembus ruang dan waktu).

Misalnya kita saat ini sangat mudah mengakses informasi dari apa yang sebenarnya terjadi pada kerusuhan di Amerika. Meskipun kita tidak secara langsung hadir dalam peristiwa kerusuhan tersebut. Dalam konteks lain misal kita juga akan sangat mudah mengakses peristiwa reformasi di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998. Meskipun mungkin pada waktu itu kita belum dilahirkan.

Hal tersebut sangat mungkin terjadi di era perkembangan teknologi saat ini. Setiap peristiwa dan perkembangan apapun yang terjadi di atas bumi ini secara simultan terekam tanpa henti. Saat ini setiap individu selain sebagai penikmat informasi juga sangat memungkinkan untuk dapat berkontribusi dalam membut informasi tersebut. Misalnya melalui unggahan pribadi di akun facebook, atau unggahan foto dengan sedikit caption di Instagram.

Internet sebagai dapur dari perkembangan peradaban teknologi, terbukti mampu menciptakan universalitas terhadap apapun yang terjadi di atas permukaan bumi ini. Meskipun itu adalah suatu perilaku atau peristiwa yang sangat sepele sekalipun. Sehingga siapapun saat ini dituntut untuk mengikuti perkembangan tersebut. Jika tidak, akan tertinggal dan ditinggalkan dalam konteks persaingan untuk memperoleh akses informasi.

Tidak terkecuali pesantren, meskipun pada saat ini sudah banyak pesantren yang juga telah menapak pada modernitas tersebut. Dan tidak bisa dikatakan tertinggal secara teknologi dalam setiap proses belajar mengajarnya. Namun tidak dapat dimungkiri masih banyak pesantren yang masih belum terjamah secara teknologi. Terlebih dalam sistem pengelolaan di internal pesantren tersebut.

Covid-19 dan teknologi sebagai tantangan

Melihat kondisi pesantren yang demikian dan melihat kenyataan perkembangan dunia yang penuh dengan gejolak tersebut. Kami selaku alumni dari beberapa pesantren yang berbeda memiliki inisiatif untuk membantu pesantren dalam membuat sistem pengelolaan yang lebih mudah. Sebagai alumni pesantren tentu membuat kesadaran kami tergugah untuk memadukan dua ruang (antara pesantren dan teknologi). Terlebih kami sudah lama hidup di dnuia IT secara profesional. Perpaduan kedua ruang tersebut di beberapa kesempatan terkadang hubungannya masih sangat jauh untuk dikatakan harmonis.

Hal ini terasa benar ketika pandemik Covid-19 menyerang. Dimana hampir semua institusi termasuk pesantren harus mentaati protokol Kesehatan dari pemerintah guna mencegah penyebaran virus tersebut. Santri-santri praktis harus dipulangkan. Dikarenakan tidak memungkinkan menjaga protokol kesehatan di dalam pesantren yang bisa dibilang berdesakan dalam satu kompleks bangunan.

Pesantren yang sudah mengikuti perkembangan teknologi tentu akan sangat mudah dalam beralih ke sistem daring dalam proses belajar mengajar. Namun bagi pesantren terutama yang masih baru merintis dan berada di pelosok pedesaan tentu hanya memulangkan santri-santrinya; dan proses belajar mengajar otomatis berhenti secara total.

Belum lagi bulan Syawal seharusnya kebanyakan pesantren sudah mulai untuk membuka pendaftaran santri baru untuk tahun ajaran berikutnya. Namun dengan adanya pandemik ini belum banyak pesantren yang membuka pendaftaran tersebut. Karena sebelumnya pendaftaran dilakukan secara manual dengan langsung tatap muka datang ke pesantren.

Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa terdapat informasi yang terputus di pesantren. Padahal situasi seperti ini sebenarnya tidak akan terjadi dengan perkembangan teknologi saat ini. Kami mencoba menyambungkan informasi tersebut kembali dengan membuat sebuah aplikasi web base dengan sistem terpadu berbasis Software as a Services (SaaS).

Program ini diinisiasi oleh Ulul Albab selaku alumni dari Pesantren Zainul Hasan, Genggong dan juga CEO dari Suitcareer.com. Selain itu Ulul (begitu sapaan akrabnya) juga merupakan Co-Founder dari beberapa startup seperti pasifamal.id dan Sakatek.com. Dalam proses pengembangannya Ulul dibantu oleh Rio yang juga teman satu pondoknya di Genggong. Kemudian Najih (alumni Pesantren Raudlatul Ulum, Guyangan)sedikit membantu di sisi management serta analisis kebutuhan pesantren dan wali santri.

Pesantri.com ini untuk milestone pertama akan mangakomodir fitur pendaftaran, pembayaran (SPP, uang gedung, uang pendaftaran), dan pencatatan alumni. Selaint itu juga mengakomodir laporan pendaftaran, laporan keuangan dan Analisa asal daerah santri. Fitur tersebut dipilih karena saat ini adalah yang paling urgent dibutuhkan oleh pesantren untuk dapat survive di situasi pandemik ini.

Pesantren akan mendapatkan banyak kemudahan dengan hadirnya aplikasi ini. Karena pesantren tidak perlu melakukan instalasi dan penyediaan server, melakukan maintenance; serta disibukkan dengan permasalahan keamanan karena semua itu akan ditangani langsung oleh tim pesantri.com. Bahkan aplikasi ini nantinya akan diberikan secara gratis bagi pesantren yang berminat, lengkap dengan pelatihan dan pendampingannya.

Sumber: Tepi-kali.com

Back to top